di awal berdirinya joessbalskid dibagi menjadi dua kata yaitu joess dan balskid,joess berarti jomblo sukses sedangkan balskid artinya bali sekolah kidul.joess adalah team atau grup yang terbentuk sejak 16 februari 2006 yang bertempatkan didesa wiroditan kecamatan bojong,sedangkan balskid team yang terbentuk saat sekolah SMA.
batik joessbalskid
Kamis, 19 Desember 2013
pengaruh tingkat kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika masih dipandang sebagai mata pelajaran
yang sangat sulit dan membosankan bagi sebagian besar peserta didik, ini
dibuktikan dengan masih banyaknya peserta didik yang tidak lulus dalam ujian
akhir sekolah, berdasarkan data nilai raport di kebanyakan sekolah baik SD, SMP
maupun SMA mata pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang nilai
rata-rata peserta didiknya masih kurang dari tujuh, bahkan masih sangat banyak
juga yang hanya berada diangka rata-rata kurang dari enam. Banyak faktor yang
mempengaruhi hal tersebut salah satunya adalah motivasi dan tingkat kecerdasan
emosional peserta didik.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan dapat dikatakan sebagai dasarnya segala ilmu
pengetahuan, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan
daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika perlu diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari PAUD sampai dengan jenjang
Perguruan Tinggi.
Suatu pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks,
sangat banyak faktor yang mempengaruhi hasil dari pembelajaran di sekolah.
Faktor internal terdiri dari keterbatasan fisik, penyakit, integrasi, sikap,
bakat, minat, serta motivasi. Faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, guru,
staf administrasi di sekolah, tetangga, teman bermain, tingkah laku masyarakat
setempat, tempat belajar, penataan ruangan belajar serta keadaan lingkungan.
Faktor
pendidikan belajar yaitu cara pengaturan guru dalam pembelajaran sehingga model
dan metode yang digunakan itu tepat. Contoh dari kecerdasan itu adalah
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan
kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga kecerdasan tersebut merupakan beberapa faktor
yang berperan dalam proses pembelajaran manusia dalam kehidupan.
Motivasi sangat diperlukan oleh
peserta didik dalam kegiatan belajar. Misalnya peserta didik yang tidak
memiliki motivasi didalam dirinya akan cenderung malas untuk belajar, yang pada
akhirnya tidak dapat berprestasi didalam bidang akademik, minimnya ilmu
pengetahuan yang didapat karena faktor malas belajar tadi juga akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan nyata peserta didik tersebut.
Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi
belajar dapat timbul karena hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor lain adalah adanya
penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga
peserta didik berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat
dan semangat.
Hasil yang dicapai atau prestasi,
dipahami sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan masing-masing peserta
didik yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Pada umumnya prestasi salah satu
mata pelajaran tertentu. Misalnya, Matematika ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka, hasil yang diberikan guru berupa nilai (angka). Pada prinsipnya,
pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah
sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik.
Dari aspek-aspek tersebut penulis
menduga tingkat kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan motivasi
belajar peserta didik masing-masing saling berhubungan dalam peningkatan
prestasi belajar matematika peserta didik.
Pemaparan uraian di atas memberikan inspirasi untuk
melakukan penelitian tentang tingkat kecerdasan emosional dan motivasi belajar.
Dalam perihal ini yang ingin diangkat adalah “pengaruh tingkat kecerdasan emosional
dan motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta
didik” ( Suatu Penelitian Pada Peserta Didik Kelas VII Semester II SMP N
se-Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2012/2013 ).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini mengidentifikasi
permasalahan-permasalahan, sebagai berikut :
1.
Masih sedikitnya kesadaran akan
pentingnya pembelajaran yang dimiliki oleh peserta didik, dikarenakan tidak
diberitahukannya alasan kenapa dan untuk apa peserta didik mempelajari suatu
materi pelajaran masih sangat sering dijumpai di sekolah.
2.
Masih banyaknya peserta didik yang belum
mengerti dan memahami mengenai tujuan dari pembelajaran disekolah.
3.
Pemberian stimulus motivasi kepada
peserta didik oleh guru masih sangat jarang dilakukan.
4.
Pembangunan karakter peserta didik lewat
pelatihan untuk dapat menumbuhkembangkan kecerdasan emosional masih jarang
diperhatikan dan dilakukan, baik oleh pihak guru maupun pihak sekolah.
5.
Masih banyaknya peserta didik yang
prestasi belajarnya kurang memadai dikarenakan ketidakmampuan peserta didik
dalam memotivasi diri untuk terus semangat belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berbagai masalah seperti diatas sangat
penting untuk dikaji dan diteliti. Namun mengingat keterbatasan penulis dalam
melakukan penelitian maka diberikan batasan penelitian sebagai berikut:
1.
Untuk tingkat kecerdasan emosional
dibatasi pada angket kecerdasan emosional peserta didik terhadap mata pelajaran
matematika kelas VII semester II, adapun tingkat kecerdasan emosional yang
dimaksud adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
2.
Untuk motivasi belajar dibatasi pada
angket motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran matematika kelas
VII semester II, adapun motivasi peserta didik yang dimaksud adalah hasrat dan
keinginan untuk berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita
yang berasal dari dalam diri sendiri.
3.
Prestasi belajar matematika diambil dari
nilai ujian tengah semester mata pelajaran matematika.
Berdasarkan pembatasan masalah yang
telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini
hanya dibatasi oleh tiga
faktor yaitu tingkat kecerdasan emosional, motivasi belajar dan prestasi
belajar. Penelitian pada peserta didik kelas VII semester genap SMP N
se-Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah
pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar matematika peserta didik ?
2. Adakah
pengaruh motivasi terhadap hasil belajar matematika peserta didik ?
3. Adakah
pengaruh antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar matematika peserta didik ?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui arah penelitian ini
perlu dirumuskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
apakah kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa.
2. Mengetahui
apakah motivasi belajar memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika
siswa.
3. Mengetahui
pengaruh antara kecerdasan emosional dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang
hendak dicapai, penelitian diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan dalam
pendidikan matematika baik secara teoritis maupun secara praktis sehingga dapat
di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Manfaat
Teoretis
Secara teoritis
manfaat dari penelitian ini yaitu menambah wawasan dan
pengetahuan bagi penulis
betapa pentingnya seorang pembelajar harus
lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan tela’ah terhadap setiap pembelajaran yang sedang dilaksanakan,
dimana perlu adanya ketelitian mengenai berbagai faktor yang dapat memberikan
pengaruh terhadap hasil pembelajaran serta mampu mengoptimalkan faktor-faktor
tersebut, agar peserta didik tidak lagi merasa bosan dan senantiasa termotivasi untuk
melakukan pembelajaran sehingga tidak mengalami kesulitan dalam memahami mata
pelajaran matematika.
2. Manfaat
praktis
Manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Dapat
dijadikan salah satu referensi bidang pendidikan keguruan khususnya mengenai
tingkat kecerdasan emosional, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta
didik.
b. Dapat
bermanfaat sebagai pedoman para guru, khususnya dilingkungan SMP N se-Kecamatan
Bojong Kabupaten Pekalongan mengenai pentingnya motivasi dan prestasi belajar
peserta didik.
c. Sebagai
bahan wawasan bagi penulis sebagai calon guru, tentang hubungan antara tingkat
kecerdasan emosional dan motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi
belajar peserta didik.
Dapat dijadikan sebagai
pertimbangan ataupun acuan bagi penelitian sejenis.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian
Teori
1. Pengertian Emosi
Menurut L. Crow dan A. Crow dalam Prof. Dr. H.
Djaali (2007, 37) emosi adalah
Pengalaman
yang afektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan
mental dan fisiologi sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat
diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Menurut
Daniel Goleman (dalam Djaali, 2007, 38) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Menurut kamus The American College Dictionary, emosi adalah suatu keadaan afektif
yang disadari dimana dialami perasaan seperti kegembiraan, kesedihan, takut,
benci, dan cinta (dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari).
Emosi
berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari,1995).
Dari
beberapa uraian di atas Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati
seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berperilaku menangis.
2.
Pengertian Kecerdasan Emosional
Daniel Goleman dalam muhammad
muhyidin (2007, 83) menurutnya kecerdasan emosi atau emotional intelligence merujuk pada kemampuan mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya
dengan orang lain.
Sebuah teori yang komprehensif
tentang kecerdasan emosi diajukan dalam tahun 1990 oleh dua orang psikolog.
Peter Salovey, di Yale, dan Jhon Mayer (dalam muhammad muhyidin, 2007). Emosi
yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan
emosi, orang tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitif mereka
sesuai dengan potensi yang maksimum.
Dari beberapa uraian di atas dapat
dijelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
pengelolaan emosi seseorang, yang biasanya berpengaruh terhadap keadaan
psikologi seseorang. Kemampuan seseorang untuk dapat mengelola emosi adalah
kemampuan yang dapat dilatih dengan menggunakan latihan-latihan yang berdasar
pada pengalaman dan apresiasi terhadap orang lain. Kecerdasan emosi memiliki
pengaruh yang sangat tinggi terhadap hasil belajar seseorang, karena menyangkut
emosi seseorang tersebut. Saat seseorang mampu untuk mengelola emosinya dan
menyukai terhadap sesuatu yang sedang ia kerjakan, bisa diambil kesimpulan
orang tersebut akan mengerjakan pekerjaannya dengan sungguh sehingga hasil
pekerjaan tersebut akan lebih maksimal.
Inti kemampuan pribadi dan sosial
yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang sesungguhnya adalah
kecerdasan emosi. (A G Agustian, 2008).
Kecerdasan emosi menentukan potensi
kita untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis yang didasarkan pada
lima unsurnya :
a) Kesadaran diri (mengetahui kondisi
diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan intuisi).
b) Motivasi (mengelola kondisi, impuls,
dan sumber daya diri sendiri).
c) Pengaturan diri (kecenderungan emosi
yang mengantarkan atau memudahkan peraihan sasaran).
d) Empati (kesadaran terhadap perasaan,
kebutuhan, dan kepentingan orang lain).
e) Ketrampilan sosial (ketrampilan
dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki orang lain).
Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap
saat. Untuk itu perana lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak
sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
3.
Pengertian Motivasi
Menurut
Sumardi Suryabrata dalam Prof. Dr. H. Djaali (2007, 101) Motivasi adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan (kebutuhan). Sementara itu
Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi
fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur
tindakannya dengan cara tertentu.
Eysenck
dan kawan-kawan dalam Encyclopedia of
Psychology menjelaskan bahwa fungsi motivasi antara lain adalah menjelaskan
dan mengontrol tingkah laku. Menjelaskan tingkah laku berarti dengan
mempelajari motivasi, dapat diketahui mengapa siswa melakukan suatu pekerjaan
dengan tekun dan rajin, sementara siswa lain acuh terhadap pekerjaan itu.
Mengontrol tingkah laku maksudnya, dengan mempelajari motivasi dapat diketahui
mengapa seseorang sangat menyenangi suatu objek dan kurang menyenangi objek yang
lain.
Berkaitan
dengan hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar siswa,
Bruner mengemukakan bahwa siswa dengan
tingkat motivasi berprestasi tinggi, cenderung untuk menjadi lebih pintar
sewaktu mereka menjadi dewasa.
Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relatif, permanen, dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau
penguatan (Reinforced Practice) yang
dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi
belajar dapat timbul karena faktor instrinsik. Berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan
faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan
untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator, atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a)
Adanya hasrat dan keinginan berhasil
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (1) adanya harapan dan cita-cita
masa depan; (2) adanya penghargaan dalam belajar; (3) adanya lingkungan belajar
yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang peserta didik dapat belajar dengan
baik.
b)
Stategi yang biasa digunakan oleh guru
untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sebagai berikut:
(1) Menjelaskan
tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai tujuan instruksional khusus yang akan
dicapainya kepada peserta didik. Semakin jelas tujuan, maka semakin besar pula
motivasi dalam belajar.
(2) Hadiah
Memberikan hadiah untuk peserta didik yang berprestasi. Hal
ini akan memacu semangat mereka untuk biasa belajar lebih giat lagi. Di samping
itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
peserta didik yang berprestasi.
(3) Saingan
atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan diantara peserta
didiknya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
(4) Pujian
Sudah
sepantasnya peserta didik yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian tentunya pujian yang bersifat membangun.
(5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada peserta didik yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan
agar peserta didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi
belajarnya.
(6) Membangkitkan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik.
(7) Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
Belajar
adalah mensinergikan kelima panca indera dalam mengolah suatu data untuk
mendapatkan pengetahuan. Kebiasaan belajar yang baik jika dilihat dari
pengertian tersebut adalah selalu mendayagunakan kelima panca indera dalam
proses belajar.
(8) Menggunakan
metode yang bervariasi
Metode
belajar yang monoton akan menyebabkan tumbuhnya rasa bosan dan jenuh dalam
pembelajaran, dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi diharapkan akan
menghilangkan rasa jenuh tersebut.
(9) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Untuk
mempermudah pemahaman peserta didik alangkah baiknya dalam setiap pembelajaran
selalu menggunakan media belajar yang memudahkan peserta didik dalam memahami
materi pembelajaran.
Motivasi
adalah hal yang sangat penting, dalam proses pembelajaran motivasi sangat
diperlukan untuk dapat mensukseskan pembelajaran tersebut. Menurut saya pada
konteks ini motivasi terbagi dalam dua kategori, dimotivasi dan memotivasi diri
sendiri. Peserta didik perlu mendapatkan motivasi dari guru secara kontinue
selama proses pembelajaran guna membentuk karakter pada diri peserta didik tersebut.
Karakter yang dimaksud adalah bahwa nantinya peserta didik diharapkan untuk
mampu selalu memotivasi dirinya sendiri, Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya motivasi dapat menstimulus peserta didik untuk dapat menyukai
hal-hal tertentu, saat peserta didik termotivasi pada mata pelajaran yang
sedang dipelajari harapannya adalah peserta didik bisa berprestasi.
4.
Pengertian
Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2).
Menurut Hamalik (2008: 154), belajar
adalah
Perubahan
tingkah laku yang relatif mantap karena latihan dan pengalaman. Belajar yang
dilakukan manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup,
kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalan, dalam waktu
yang tidak sama.
Gagne
(dalam Nasution, 2010:131), menyatakan bahwa : “Belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Berdasarkan
kutipan di atas dapat dikatakan belajar adalah mensinergikan kelima panca
indera dalam mengolah suatu data untuk mendapatkan pengetahuan dan akhirnya
membentuk perilaku baru yang berbeda dari perilaku sebelumnya.
5.
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi
merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan
pembelajaran disekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan
biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka lain yang
diberikan oleh guru (Tulus, 2004: 75).
Prestasi belajar yang dicapai
seorang individu merupakan hasil interaksi antar berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
(faktor ekesternal) individu. Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena
adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil baik yang dicapai.
Dalam
kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa belajar adalah berusaha supaya
mendapatkan sesuatu kepandaian. Kepandaian disini merupakan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat bagi manusia. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah ia
melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Prestasi
belajar matematika merupakan hasil sejauh mana peserta didik menguasai materi
dari proses pembelajaran mengenai konsep-konsep
berpikir mengenai logika, susunan, dan besaran. Prestasi belajar
matematika adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik sebagai gambaran
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan peserta didik dalam belajar matematika
yang dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai setelah dilakukan tes oleh guru pada
peserta didik.
Jadi,
prestasi belajar peserta didik terfokus pada nilai atau angka yang dicapai
peserta didik dalam proses pembelajaran disekolah. Nilai tersebut terutama
dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru
untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar
peserta didik.
B. Kerangka Berpikir
1) Pengaruh tingkat
kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar matematika
Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru
sekarang ini kebanyakan hanya mengacu pada acuan kecerdasan intelektual saja,
dimana guru hanya mementingkan prestasi akademik peserta didik. Kebanyakan guru
hanya mengedepankan bagaimana caranya agar pembelajaran dapat selesai sesuai
target kurikulum tanpa mengedepankan proses pembelajarannya. Kita tahu bahwa
kecerdasan dibagi menjadi tiga (intelektual, emosional, dan spiritual), yang
harusnya dari masing-masing kecerdasan tersebut perlu untuk mendapatkan
sentuhan-sentuhan guru dalam setiap proses pembelajarannya. Dari ketiga
kecerdasan diatas, kecerdasan emosional adalah yang paling sering tidak diperhatikan.
kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi
diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungannya dengan orang lain. Peranannya
seringkali diabaikan, sehingga bisa kita tahu sekarang ini banyak sekolah yang
mampu meluluskan peserta didiknya dengan nilai prestasi matematika yang sangat
tinggi namun disaat yang sama meningkat pula jumlah pengangguran dan semakin
sempitnya lapangan pekerjaan. Ini membuktikan bahwa SDM tidak mengalami
perubahan, meskipun standar nilai kelulusan telah banyak mengalami kenaikan.
Kesuksesan karena dapat dicapainya nilai prestasi yang memuaskan masih sering
diprioritaskan oleh kebanyakan guru-guru, sedangkan bentuk aplikasi dari hasil
pembelajaran yang dilakukan masih sangat jarang diperhatikan.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi adalah tidak lain
karena kurang diperhatikannya peran kecerdasan emosional dalam setiap proses
pembelajaran yang dilakukan.
2)
Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
matematika
`Motivasi peserta didik yang rendah, karena
ketidakmampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri dan kurangnya motivasi dari
pihak eksternal adalah merupakan modal awal peserta didik tersebut mengalami kegagalan
dalam proses pembelajaran. Dalam setiap pembelajaran yang dilakukan
disekolah-sekolah, kebanyakan guru masih jarang yang mengerti dan memahami
tentang bagaimana untuk dapat memotivasi peserta didiknya, banyak peserta didik
yang mengalami kegagalan dibidang akademik dikarenakan hal tersebut. Peranan
motivasi tidak kalah penting dengan peran kecerdasan emosional dalam
mensukseskan tujuan dari pembelajaran yang dilakukan. Motivasi juga
mempengaruhi dalam proses pembelajaran peserta didik, peserta didik yang
termotivasi untuk mempelajari matematika akan semangat dalam melakukan
pembelajaran sehingga dapat didapatkan hasil yang memuaskan, dan tentunya hasil
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
3) Pengaruh tingkat kecerdasan
emosional dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika
Tingkat kecerdasan emosional memiliki hubungan
terhadap prestasi belajar terutama dalam diri peserta didik. Peserta didik yang
memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih berhasil daripada
peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Peserta
didik yang mampu mengontrol emosinya akan sangat membantu dalam proses
pembelajaran yang sedang dilakukan. Dalam hal ini makin meningkat
kecerdasannya, makin meningkat pula prestasi belajarnya.
Selain tingkat kecerdasan emosional, seorang peserta
didik juga harus memiliki semangat motivasi belajar. Motivasi belajar memiliki
hubungan dengan prestasi belajar. Peserta didik yang selalu termotivasi akan
senantiasa melakukan pembelajaran dengan penuh semangat dan keikhlasan serta memiliki
kesadaran akan pentingnya pembelajaran, sehingga akan memiliki dampak yang baik
dalam prestasi belajarnya. Semakin besar motivasi yang dimiliki peserta didik
dalam pembelajaran yang sedang dilakukan, akan semakin besar pula harapan
peserta didik tersebut untuk mendapatkan prestasi yang baik.
Kecerdasan
emosional dan motivasi, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran dan hasil dari pembelajaran yang dilakukan. Karena motivasi
mempengaruhi peserta didik untuk senantiasa semangat dalam melakukan
pembelajaran dibarengi pengelolaan emosi tentunya akan mampu untuk meningkatkan
prestasi belajar peserta didik tersebut.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut,
maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut :
1) Hipotesis
1
Ha
: Terdapat pengaruh antara tingkat kecerdasan emosional peserta didik
terhadap prestasi belajar matematika peserta didik.
2) Hipotesis
2
Ha
: Terdapat pengaruh antara
motivasi belajar peserta didik dengan prestasi
belajar matematika peserta didik.
3) Hipotesis
3
Ha
: Terdapat pengaruh antara tingkat kecerdasan emosional dan motivasi
belajar peserta didik dengan prestasi
belajar matematika peserta didik.
Langganan:
Postingan (Atom)